Wednesday, September 14, 2016
Cinta Abu-abu (Sebuah Kisah Cinta Remaja)
Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang
Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
Atau karena ia tidak mempedulikan kita
Melainkan saat kita menyadari bahwa orang itu
Akan lebih berbahagia apabila kita melepasnya
Tetapi apabila kamu benar benar mencintai seseorang,
Jangan dengan mudah kita melepaskannya
Berjuanglah demi cintamu…
Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
Atau karena ia tidak mempedulikan kita
Melainkan saat kita menyadari bahwa orang itu
Akan lebih berbahagia apabila kita melepasnya
Tetapi apabila kamu benar benar mencintai seseorang,
Jangan dengan mudah kita melepaskannya
Berjuanglah demi cintamu…
Dalam keadaan sakit, aku
tiba-tiba mendapat panggilan dari nomer baru. Rasa penasaran menggodaku untuk
mengangkat telfonnya, kuayunkan
tanganku dan mulai berbincang
dengannya, tak ku sangka ternyata dia santri putra di tempatku mondok, namanya
Alen. Setelah hari demi hari selama
aku istirahat di rumah, aku mulai akrab dengan Alen, selain satu pondok dia
juga seangkatan SMA sama denganku, dan dia adalah anak pondok putra yang
pertama kali dekat denganku.
Singkat cerita setiap
kali liburan pesantren, dia selalu menghubungiku, dan kami semakin akrab, bak taman
yang setiap hari di sirami air, aku semakin tertarik dengan anak itu, dia supel
sekali, lucu, tidak membosankan, pintar membawa suasana, mulai timbullah
perasaan suka selayaknya manusia biasa, dan tidak kusangka dia juga memiliki
perasaan sama, hubungan kami semakin dekat, tapi kami hanya berhubungan ketika
liburan pesantren.
Setelah aku yakin, aku
juga mengakui perasaanku, tapi aku membuat penawaran padanya bahwa aku tidak
ingin ada ikatan “pacaran” diantara kita, entah kenapa aku begitu
hawatir jika hubungan ini diketahui teman-teman yang lain, aku hanya
menyukainya dan tidak ada maksud untuk melanggar aturan pesantren, aku juga
mengajukan perjanjian bahwa jika dia memang serius kepadaku, dia tidak boleh
mnggangguku selama di pesantren, jangan sampai menyapaku apalagi mengirimi
surat atau semisalnya, mari kita niati ikhtiar karena jodoh pasti bertemu, ahirnya
diapun menyetujuinya.
Meski jarang sekali bertemu, apalagi bertegur sapa, aku
begitu sangat menyukainya, aku merindukannya di banyak
waktu, karena dia adalah laki-laki pertama masalah cinta bagiku. Tanpa takut dosa, tiap kali aku menyapu di
Dalem Nyai, aku sering curi-curi pandang mencari sosoknya mungkin saja dia
lewat atau muncul tiba-tiba. Tapi anehnya setiap kali aku tak sengaja bertemu dengannya
aku begitu ketakutan dan segera pergi menghindar, rasanya seperti ada yang
selalu mengintaiku. Aku sangat takut, berbagai banyak bayangan Pengurus
Pesantren, Bu Nyai guru-guruku seperti bermunculan, tapi aku begitu senang
meski hanya bisa melihatnya sebentar, sudah cukup rasanya mengobati rasa rindu.
Setiap waktu aku ingin melihatnya, aku tidak bisa
mengatakan tentang cintaku dengan sempurna, tapi aku ingin membuktikan perasaan
ini dengan sempurna, aku tidak akan mendua, karena mencintainya bukanlah niatan
untuk mencari cinta yang sederhana, aku ingin mencintainya dan memilikinya
sebagai pasangan wanita dan laki-laki yang halal, aku ingin selalu meminta maaf
padanya karena meski aku bukan orang lain baginya aku tidak bisa menyapa atau
bertegur sapa dengannya, aku hanya ingin bilang bahwa aku sangat ketakutan dan
berusaha melindungi hubungan ini dari pelanggaran Pesantren, karena aku sangat
menyayanginya.
Tapi sayang sekali, mungkin sudah scenario Tuhan, cinta
tulusku dia hianati. Dia menduakanku dengan temanku sendiri, sesuatu yang tidak
pernah kusangka dan sangat menyakitkan sekali, ternyata begini rasanya
dihianati, seumur hidup, baru pertama kali, mengingat kata-katanya bahwa Cuma
aku satu-satunya bertambah sakit saja ini hati, hari-hari terasa lama sekali, aku
tak sabar menunggu liburan untuk mengahiri hubungan ini dan hendaki membuang
perasaan ini selama-lamanya.
Aku mengahiri perdebatan kita hampir menjelang subuh,
dan dengan berat hati aku kuatkan untuk menyudahi hubungan yang sudah retak
begini, bahkan meski Alen menjelaskan dan berusaha meyakinkanku aku tetap
memilih berpisah, aku tidak akan hidup dengan tenang dengan membawa perasaan
bersalah kepada temanku. Aku menyuruh Alen memilih antara aku atau dia, dan aku
menyuruhnya memilih temanku karena mungkin dia yang lebih dulu yang Alen
cintai, tapi Alen bilang bahwa dia tetap memilihku, dan berusaha meminta maaf
dengan perbuatannya yang telah menyembunyikan hubungan diam-diamnya dengan
temanku, tetap saja aku tidak bisa.
Nasi sudah menjadi bubur, hubungan hanya seumur
jagung, meski hampir setahun aku tidak bisa menjalani hubungan yang sangat
rumit ini, dengan sangat sedih dan air mata yang dengan mudahnya menetes, aku
resmi berakhir. Aku mencoba ikhlas, mungkin Alen bukan takdirku, meski begitu
mencintainya, meski begitu sayangnya hati tetap amat terluka. Semoga dia tetap
semangat, sehat selalu. Tuhan kuatkanlah hatiku yang terluka dan aku bisa
melupakannya meski aku masih mencintainya, Itu saja harapanku.
Cinta adalah ketika kamu menitikkan air mata, tetapi
masih peduli terhadapnya
di suatu kehidupan kita
membutukan pengorbanan...apa yang kita inginkan harus ditukar dengan suatu
pengorbanan...
pikirkan dengan terbaik...karna jika kau salah dengan pilihanmu terahir penyesalan akan selalu datang menghantui mu...
pikirkan dengan terbaik...karna jika kau salah dengan pilihanmu terahir penyesalan akan selalu datang menghantui mu...
Subscribe to:
Posts (Atom)