Aku dan 100 Impian
Seperti orang yang bingung mencari arah hidup, seperti itulah keadaanku empat tahun yang lalu, waktu dimana aku hampir putus asa, waktu dimana aku lebih banyak mengeluh dari pada berusaha.
Hingga ahkirnya aku bertemu sosok hebat yang memberikan aku kekuatan untuk bangkit, berhenti mengeluh, dan selalu berusaha dan usaha. Dialah yang pada akhirnya menjadi motifator dalam mengejar impian. Dia memberikan cahaya dalam kegelapan hati dan kecilnya harapanku, hingga pada akhirnya apa yang ia katakan padaku semuanya menjadi KENYATAAN.
Aku adalah seorang Santri sekaligus Mahasiswi. Aku melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dimana kampus dan jurusan yang aku pilih sendiri. Sebenarnya bakatku bukan di Matematika, meski di MI pelajaran ini menjadi pelajaran yang paling aku suka dan paling mudah ku mengerti. Tapi setelah MA mata pelajaran matematika bukan menjadi bakat lagi. Tapi kecintaanku terhadap matematika masih melekat dari masih MI, hingga akhirnya kuputuskan untuk ambil jurusan ini di perguruan tinggi.
Seperti orang bepergian, aku kekurangan bekal. Jurusan yang aku pilih menjadi beban berat yang harus aku pikul setiap hari, tugas dan materi susah aku pahami, sekarang diterangkan besok sudah lupa dan cepat sekali hilang begitu saja, lama-lama aku menjadi bosan dan putus asa. Haruskah aku berhenti dan menyerah? Perasaan bingung dan sedih mudah mampir dalam hatiku, apa yang harus aku lakukan, menjalani hari-hari yang membosankan dan perasaan sedih seperti ini atau berhenti seperti orang yang sudah kehabisan bekal perjalanan.
Seringkali aku menangis, mengingat semua adalah pilihanku sendiri, apalagi pilihan kampus yang dulunya ditentang oleh semua anggota keluargaku, pilihan yang seharusnya aku pertanggung jawabkan pada orang tuaku. Pilihan itu kini membuatku kebingungan.
Aku bertambah sedih setelah melihat hasil ujian semester satu, betapa tidak, nilai yang begitu rendah yang paling tidak diinginkan oleh setiap mahasiswa dimanapun, apa yang harus aku lakukan?
Berhari-hari aku merenungi nasib yang ku anggap begitu malang. Hingga akhirnya aku bertanya kesana kemari mencari seseorang yang dapat membantu menyelesaikan masalahku, dan atas kehendak Tuhan, aku bertemu juga dengan sosok itu. Sosok yang begitu hebat dan sangat menginspirasi, beliau adalah alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, jurusan Matematika Murni beasiswa, beruntung sekali aku bisa bertemu dengannya.
Kuceritakan pada beliau semua masalah kuliah yang kuanggap begitu besar waktu itu, beliaupaun menanggapinya dengan ramah dan nasehat yang begitu menyentuh hati. Beliau juga bersedia mengajariku. Akhirnya kuajukan diri untuk meminta izin pada pengasuh Ma’had untuk belajar pada guru hebat itu, Alhamdulillah aku diperbolehkan.
Akupun mulai belajar padanya, ternyata diluar dugaanku, dia lebih hebat dari yang kubayangkan. Matematika baginya bukan pelajaran yang sulit, sebaliknya sangat asyik dan mudah. Beberapa hari saat aku belajar padanya, beliu menceritakan kisahnya yang mengharukan, perjalanan pahit hingga dia bisa mendapat beasiswa di Universitas Negeri.
Masalah yang menimpaku baginya jauh lebih kecil dari masalah yang pernah bliau alami dulu, beliau harus putus sekolah karena keinginan untuk mengejar pendidikan ditentang oleh kedua orang tuanya, akhirnya ia dinikahkan di akhir sekolah Stanawiyah. Tapi malangnya, pernikahannya hanya bertahan sebulan. Karena menanggung malu dan kekecewaan orang tua, beliau pergi bekerja ke Negara Saudi Arabia, menjadi pembantu rumah tangga.
Meski merantau ke Negara Arab itu, beliau tidak pernah patah harapan untuk melanjutkan pendidikan jika kembali ke Indonesia. Beliau mengganti semua biaya resepsi pernikahan yang gagal tu, dan menyisihkan sebagian besar uangnya untuk melanjutkan pendidikannya yang terhenti. Alhamdulillah beliau juga berkesempatan haji dan umrah beberapa kali.
Setelah dua tahun lamanya ia mengarungi nasib di Negeri padang pasir itu, Beliau kembali ke Indonesia. Dia melanjutkan ke MAN di Gondanglegi. Seperti orang yang baru menghirup udara, beliau sangat menghargai waktunya, belajar dan belajar itulah yang beliau lakukan. Waktu dan uang begitu beliau hargai, jarak tiga kilo dengan menaiki sepeda dan sekolah dengan modal biaya pribadi yang beliau kais di Negara kelahiran Nabi akhirnya berbuah sangat manis.
Meski tiga tahun lamanya ilmu hilang dan harus ia pelajari kembali, seperti anak baru bisa bicara, ia bertanya tanpa malu semua apa yang tidak ia ketahui, dan di akhir ujian, beliau selalu menjadi juara pertama di kelas, dan akhrinya ia mendapat beasiswa sesuai mata pelajaran yang beliau sukai yaitu matematika murni.
Tidak hanya cerita beliau yang menspirasiku, nasehatnya juga menjadi penyemangatku, menurutnya apa yang aku pilih bukanlah kesalahan, dan masalah yang tengah aku alami tidaklah terlalu berat. Masih banyak masalah yang jauh lebih besar di hari esok, aku harus melanjutkan kuliahku sampai selesai, beliau berkata jangan mengatakan otak kita terbatas, tapi hal yang harus kita ingat adalah bahwa otak kita sangat hebat, mungkin kita yang jarang mengasahnya.
Di suatu hari beliau mengambil laptopnya dan memutar sebuah video, aku disuruhnya melihat video itu dan memahaminya dengan baik. Video itu adalah sebuah video tentang jejak- jejak mimpi, sebuah kisah nyata tentang sugesti mimpi, menestah air mataku melihat video yang hampir sama dengan masalahku.
Setelah melihat video itu, Beliau memberiku secarik kertas dan menyuruhku untuk menuliskan seratus impianku, seperti pesan dalam video itu, “Tuliskanlah MIMPI-MIMPI Anda secara nyata, jangan Anda tulis dalam ingatan saja, Karena pasti Anda akan lupa… Tuliskanlah secara NYATA…”.
Seperti juga dalam video, beliau juga menulis seratus impiannya, dan ditempelkannya di dinding kamarnya, saat ini, seratus tulisan impiannya yang setiap hari ia pandangi, hanya tulisan yang menjadi tercoretan, karena tulisan itu sudah diraihnya, tentunya tidak hanya sekedar menulis, tapi juga berusa dan memasrahkannya pada Tuhan, , mimpi yang mungkin bagi orang lain dulu ditertawakan.
Akhirnya....
Aku juga menulis seratus impian itu, kutempel di pintu lemari di bagian dalam, kusimpan hingga sekarang. Tanpa aku sadari seratus impian yang pernah kutulis, satu persatu hanya tinggal coretan, meski ada beberapa yang belum aku raih. Alhamdulillah berkat impian dan pastinya kehendak Tuhan, mimpi-mimpi itupun terjwujud. Mimpi yang tidak bisa kutuliskan disini satu persatu.
Akupun tidak menyangka kekuatan impian begitu besar, tapi itulah yang terjadi pada guru hebatku dan yang kini aku alami sendiri. Sekarang kuliahku sudah selesai, tinggal menunggu wisuda, matematika yang menjadi permasalahann dalam hidup, kini menjadi sahabat yang begitu baik, dan tidak sesulit yang aku bayangkan, bahkan sangat menarik, kembali seperti dulu ketika aku masih di bangku MI.
Dan kini giliran Anda, untuk mewujudkan Mimpi-Mimpi Anda dan membuat Jejak-Jejak Anda. Ingatlah pula, bahwa Mimpi itu adalah HARAPAN. Maka bangkitlah selalu, karena Harapan itu selalu “ADA”, insya Allah Anda sampai di Puncak Kesuksesan!
Mimpi itu adalah HARAPAN. Maka bangkitlah selalu, karena Harapan itu selalu “ADA”, insya Allah Anda sampai di Puncak Kesuksesan!
ReplyDeleteProud of you
Kamu sangat berharga... Kamu pasti bisa !!!
ReplyDeleteMan Jadda Wajada !!!
ReplyDeleteSyukron buat semua komentnya... Semoga sukses semuanya, aamiin
ReplyDelete