Karena Hati Bicara
Zakia adalah anak perempuan yang ceria dan murah senyum. Zakia Manal Yamani begitulah nama lengkapnya. Siapa yang tidak kenal wajah manis berhidung mancung dan bermata sayu itu, yang masih berdarah arab dari sisi kakeknya. Ia tidak hanya suka membuat orang lain nyaman disampingnya karena dia begitu rendah hati, apalagi wajahnya yang selalu terlihat cerah, nyaman sekali dipandang mata.
Juli 2010, jam 12 malam, di malam yang sunyi, tiba-tiba Zakia masuk ke dalam mushallah, ia menitikkan air mata, ia memegangi perutnya yang keroncongan, sudah dua hari ia tidak makan, di malam yang sunyi itu, tidak ada yang tahu ada seorang santri yang sedang meronta kelaparan. Zakia yang malang sudah sepuluh hari telat kiriman, ia sesekali meneguk air keran di depan mushallah sampai perutnya kenyang lalu tertidur. Zakia yang terlihat periang sebenarnya sangat pemalu, meski sudah telat sepuluh hari Zakia sangat sungkan meminta kiriman pada Pamannya yang sebenarnya adalah orang kaya. Karena yatim piatu, Zakia sudah mandiri dari kecil, pahit manisnya hidup sudah biasa mengiringi jalan hidupnya, pamannya yang menjadi tumpuannya untuk melanjutkan pendidikannya hingga saat ini, ia memang terlihat ceria di luar, tapi di dalam ia sangat kesepian, sebenarnya terbesit perasaan iri dengan teman-temannya yang memiliki orang tua, sedang ia hanya bisa membayangkan wajah ayah dan ibunya dalam imajinasi indahnya.
Malam senin bulan Februari 2011, Pernah suatu saat, ketika bel sekolah diniah berbunyi, tumben saja ia masih tidur di kamar, wajah manisnya masih melekat dalam selimut kesayangannya. Sudah berkali-kali ia dibangunkan oleh seksi pendidikan, tapi tetap saja posisi tidurnya tidak bergerak sejengkalpun, sampai jam pelajaran pertama dimulai, ia masih belum datang, entahlah, tidak biasanya ia seperti itu, biasanya setiap hari Zakia selalu datang awal dengan membawa kapur, penghapus dan menyapu kelas lalu menyiapkan bangku Ustad. Zakia yang dikenal jarang sekali absen dari kelas kecuali sakit, berbeda dengan sekolah formal, Zakia seringkali terlambat, selalu saja kalau ditanya, alasannya cuci baju. Benar saja, mungkin ia sedang sakit sangka teman-teman sekelasnya, akhirnya ketua kelas membeli surat izin ke kantor karena ketiadak hadirannya yang sudah ditunggu-tunggu.
Pelajaran sudah dimulai lima belas menit yang lalu, Zakia tiba-tiba muncul dengan wajah manis dan senyum khasnya, wajah itu tampak begitu riang dan tak terlihat wajah kusut apalagi nampak sakit. Yang mengajar malam ini adalah Gus Janki, Gus muda yang baru tiga tahun boyong dari pesantren, Zakia memohon maaf atas keterlambatannya karena hadir tidak tepat waktu, ia membawa sebuah plastik sedang bermotif bunga tulip kecil-kecil, dan menyodorkannya pada Gus Janki yang dari tadi memperhatikan gerak geriknya, Zakia memohon pada Gus Janki membuka isi plastik hitam yang berisi kardus berwarna pink, khas warna cewek, ada-ada saja anak itu.
Zakia meminta Gus Janki membuka kardus itu dengan satu syarat membukanya dengan hati-hati, “apa-apaan sih Zakia ini seperti bom saja hehe” kata seorang teman dari belakang, setelah dibuka ternyata isi kardus itu adalah sebuah kue indah bertuliskan “Selamat Ultah Guru Hebatku, Segeralah Meminang Wanita Hebatmu”, Gus Janki terbelalak membaca tulisan itu, suara kelas menjadi gaduh, teman-teman Zakia tidak menyangka bahwa Zakia tidak hanya suka bikin lelucon tapi dia ternyata suka bikin kejutan dan misterius juga hehe, dikira dia sakit ternyata ia memang sengaja datang terlambat demi memberi kejutan pada Gus Janki yang sedang ulang malam ini.
Mungkin hanya Zakia yang tahu, teman-teman yang lain tidak tahu bahwa hari ini adalah ultah Gus Janki. Zakia menjadi pemimpin teman-teman sekelasnya untuk mengucap kat-kata ultah “Happy Birthday Ustad”, “Selamat Ulang Tahun”, setelah bernyanyi dan menyuruh ustad meniup lilin, ada satu yang terlupakan, pisau untuk memotong kue, semua pada bengong, Zakia langsung lari hilang sekejap dari pandangan, sebentar kemudian Zakia datang dengan pisau yang telah dihias dengan pita berwarna pink juga, romantis sekali anak satu ini, begitu besar ketanggapannya untuk menunjukan kecintaan pada gurunya tersebut. Malam itu menjadi malam yang yang tidak akan bisa terlupakan oleh teman-temannya, baik Gus Janki apalagi Zakia.
Desember 2011, Ada gosip-gosip yang baru menyebar di pesantren, ada makhluk halus yang berkeliling pesantren setiap malam, gosip-gosip itu beredar karena selama setahun ini di setiap pagi, semua sandal yang ada di depan kamar pesantren milik santri tertata rapi, berulang kali para pengurus penasaran siapa yang melakukan perbuatan itu, santri ataukah makhluk halus, karena sudah hampir sebulan belum diketahui siapa pelakunya. Setiap jam dua belas malam, pada saat semua santri sudah tidur, pengurus keamanan mengendap-ngendap mencari sosok misterius yang setiap malam menata sandal semua santri, tapi sudah sekian lama sosok misterius itu tak juga di temukan.
Agustus 2012, liburan pesantren telah berlalu, kini saatnya Zakia kembali ke pesantren, liburan puasa kemarin sangat berarti baginya, namun ia sangat semangat untuk kembali ke pesantren, seperti anak remaja lainnya, Zakia terserang penyakit yang dinamakan “Cinta”, entah pada siapa hatinya mulai condong, yang jelas ia mulai merasakan perasaan berbunga-bunga sebagai remaja saat di pagi yang indah awal bulan Ramadlan, sebuah suara merdu itu pertama kali ia dengar, hanya Zakia yang tahu akan gejolak hatinya, Zakia tidak pernah mengatakannya pada siapapun, ia hanya mencurahkan hatinya pada Ilahi, namun kisah cintanya terungkap nanti tahun 2016.
Maret 2014, Zakia diangkat sebagai salah satu staff pengajar di pesantren, prestasi yang sudah bertahun-tahun ia capai, kini membuat ia dipercaya untuk menularkan ilmunya kepada santri-santri yang lain, wanita periang berdarah Arab-jawa itu, tidak pernah berubah meski derajatnya ditinggikan oleh Allah. Ia juga disukai oleh murid-muridnya, karena Zakia tidak hanya pandaii dalam menyampaikan materi pelajaran, ia pun pandai dalam bercerita, sehingga kehadirannya dirindukan murid-muridnya.
April 2015, tiba-tiba Zakia mendapat salam dari pengasuh untuk datang ke Dalemnya pengasuh setelah shalat maghrib, Zakia yang sudah biasa dipanggil Pengasuh tidak berfikir macam-macam tentang apa yang akan disampaikan oleh Pengasuh padanya, kedekatan dengan keluarga Dalem sudah lama semenjak Zakia pertama kali masuk pesantren ia meminta dirinya untuk khidmah mencucikan baju keluarga Dalem, lalu menjadi pengurus dan diangkat sebagai Ustadzah di Ma’had, tapi tidak seperti panggilan biasanya, Zakia dipanggil untuk di pertemukan dengan seseorang laki-laki yang sangat tidak asing baginya, Zakia ternyata dijodohkan. Laki-laki yang ada di depannya sekarang adalah calon yang dipilihkan langsung oleh Neng Ais kakaknya Gus Janki putra pertama dari Pengasuh dan perjodohan itu disetujui oleh semua keluarga Dalem, Zakia yang tak pernah menyangka akan dijodohkan, duduk dengan tenang dan tidak merasa ada yang istimewa dari pembicaraan yang belum mengarah pada perjodohan itu, namun hati Zakia mulai berdegup kencang dan wajahnya mulai pucat setelah Pengasuh memulai dawuhnya.
“Zakia, mungkin kamu tidak tahu alasan mengapa kamu dipanggil kemari, kami bermaksud untuk menawarkan calon imam yang baik untukmu. Lihatlah laki-laki yang ada di sampingku, cukupkah ia sebagai kriteria calon pendampingmu? Kami tidak tahu ia cocok atau tidak dengan hatimu, tapi laki-laki yang ada di sampingku adalah laki-laki baik yang taat pada agama Allah, cinta pada agama Allah, dan mencintai wanita yang teguh di jalan Allah, kamu bukan hanya pilihan kami, tapi laki-laki ini sudah lama memilihmu, empat tahun yang lalu laki-laki ini menyampaikan isi hatinya pada kakaknya, dan kabar itu sampai padaku dua tahun kemudian, tapi kupertimbangkan perasaanya itu, aku sangat menyayanginya dan aku ingin memilihkan jodoh yang terbaik bagi laki-laki ini, sebulan yang lalu aku panggil laki-laki ini, ku tanyakan lagi tentang perasaannya yang dulu, sama seperti empat tahun yang lalu, dia masih setia dengan perasaannya padamu Zakia, sekarang keputusan ada didirimu, kamu terima atau kamu tolak, kamu yang berhak atas kehidupanmu, tapi Zakia betapa bahagia hati kami jika kamu mau dengan ikhlas orang yang mungkin tidak sempurna ini menjadi imammu, ayah dari putra-putrmu, insya Allah do’a kami akan terus mengalir pada keluargamu,”, barulah tahu Zakia kalau laki-laki yang ada di depannya adalah laki-laki pilihan gurunya, masih ingat dengan kue ultah?, ya, laki-laki itu adalah Gus yang dulu pernah Zakiyah beri hadiah kue ultah yaitu Gus Janki.
Masih ada kelanjutannya, “Zakia jangan takut untuk menjawab, kami tahu bahwa kalian tidak pernah menjalin hubungan yang terlarang, karena cinta laki-laki ini suci, diapun tidak pernah mencintai wanita selain dirimu, pernah suatu hari laki-laki ini ku tawari seorang wanita yang masih keluarga, tapi dia menolak, sudah lama laki-laki ini memendam perasaannya padamu Zakia, tiga bulan yang lalu ia sakit lima belas hari tapi tidak ditemukan penyebab sakitnya, baru setelah kutanya tentang perasaannya dan setelah ia jawab, keesokan harinya ia sembuh. Zakia, sekarang jawablah pertanyaan kami tadi, maukah kamu bersanding dengan laki-laki yang penuh kekurangan ini dan mengabdi selamanya?
Zakia tertunduk mendengar dawuh dari pengasuh dengan air matanya yang terus mengalir, ia tidak menyangka bahwa dirinya dijodohkan oleh putra pengasuh sendiri, ia juga tidak tahu bahwa apa yang pernah dia lakukan dulu pada Gus Janki mendatangkan sebuah perasaan tulus seorang yang begitu dikagumi oleh banyak santri, laki-laki yang amat dicintai Pengasuh Pesantren itu ternyata telah lama memberikan hatinya pada si malang dan yatim piatu seorang Zakia Manal Yamani.
Agustus 2016, resepsi pernikahan antara Zakia dan Gus Janki berlangsung dengan sangat meriahnya, akad pernikahan dilakukan sesudah selesai pembacaan maulid habsyi, Zakia yang sudah dirias dengan gaun indah berwarna silver itu ditemani teman-temannya menunggu akad yang akan berlangsung di kamarnya di pesantren, semua santri putra putri yang lain berkumpul di mushallah menunggu pembacaan akad sambil mendengarkan lagu-lagu shalawat habsyi, betapa malam yang indah dan bersejarah.
Malam yang indah, kamar yang masih wangi dengan bunga melati itu, Zakia duduk berhadapan dengan Gus Janky, Zakia tersenyum dan memulai pembicaraan, “Ngapunten Gus, kalau boleh saya tahu, kenapa panjenengan memilih saya, anak yatim piatu dan tidak bernasab baik ini sebagai wanita pilihan Gus, saya sebenarnya tak pantas mendapatkan panjenengan?”, “Zakia wanita pilihanku, pada suatu hari di hari ultahku seorang santri memberiku sebuah kado yang paling istimewa, tidak hanya sebuah kado tapi juga sebuah perasaan, entah dari mana datangnya aku merasakan getaran yang aneh, padahal di pesantren dulu waktu aku mondok, sudah biasa aku mendapat kado ultah dari murid-muridku, di suatu malam ketika aku hendak ke dapur, aku pernah melihat seorang wanita minum air di keran berkali-kali, setelah ku perhatikan baik-baik aku tahu bahwa itu kamu, dan tiap kali pada saat aku akan shalat malam, selalu ada seorang santri menata rapi sandal semua santri yang bergelatakan di depan kamar, dan aku kenal sekali orang itu adalah kamu Zakia, kamu pula yang menyuci bajuku serta semua keluargaku.
Mungkin memang sudah jalannya kita berjodoh Zakia, aku sudah lama memendam cinta, ingin kubuang tapi tak pernah bisa, bahkan aku sampai sakit, Alhamdulillah hasil istikhorohku dan istikhoroh Abah sama-sama baik, Zakia kamulah wanita hebatku, kamulah motifasiku, kamulah santri sejati, sejak mengetahui semua yang kamu lakukan, aku ingin sekali menjadi imammmu menjadi sandaran ketika kamu sedih, mengusap air matamu ketika kamu menangis, aku tahu bebanmu selama ini sangat besar, bahkan pengabdianmu pada pesantren serta keluarga kami belum bisa kami balas. Bukan karena harta dan nasabmu, tapi karena dirimu sendiri yang menyebabkan aku jatuh hati padamu Zakia”.
Sambil mengusap air matanya yang meleleh mendengar dawuh Gus Janky, Zakia membalas “Gus Janky, sebenarnya saya juga memendam rasa pada jenengan sudah lama, saya memang sudah mengidolakan panjenengan sejak mengajar di kelas saya, tapi perasaan itu berubah menjadi perasaan mahabbah ketika awal bulan ramadlan ada nomer baru masuk ke hp saya, suara yang begitu merdu yang tidak bosan didengar nyaman didengar dan santun sekali, ternyata suara panjenengan yang menelfon untuk menanyakan file di computer pesantren, suara sepuluh menit itu membuat perasaan mahabbah saya sampai sekarang”. Terima kasih Gus sudah memilih saya, semoga saya bisa mengabdi sepenuhnya pada panjenengan dan keluarga dalem, mohon jangan pernah sungkan menegor saya Gus, dan cintai saya karena Allah”. “Insya Allah. Aku cinta padamu karena Allah Zakia, mari kita baersama-sama mencari cinta Ilahi itu, serta sababarlah atas bimbinganku karena sekarang ridlo Allah ada pada ridloku” Jawab Gus Janky sambil mengusap air mata di pipi Zakia, begitu menyejukkannya cinta keduanya yang disandingkan dalam ikatan halal karena hati keduanya yang saling berbicara dalam doa.
Fighthing !!!
ReplyDeleteSemoga jd penulis yg selalu di kenang dg karyanya ... Bagus rapi tulisannya
ReplyDeleteSemangat ya.
Semoga jd penulis yg selalu di kenang dg karyanya ... Bagus rapi tulisannya
ReplyDeleteSemangat ya.
Bagus banget ceritanya... Teruslah berkarya Adellia... Saya tunggu ceritamu selanjutnya... :)
ReplyDeletesingkat, Jelas, padat, dan sangat menginspirasi
ReplyDeletewell done
Syukron bgt semua... Well We be Sucsess
ReplyDelete